Peta Kabupaten Indramayu satelit Kecamatan dan Kelurahan

Rp.0

Jual Peta Kabupaten Indramayu satelit Kecamatan dan Kelurahan tersedia dalam ukuran dibawah ini:
125x165cm = 625.000
150x200cm = 750.000
90x120cm = 450.000

Bahan poster:
- Awet / Tahan lama (sekali beli tahan puluhan tahun).
- Tebal
- Tampilan Matte
- Anti sobek, hanya bisa dipotong dengan gunting atau pisau
- Anti air, cocok digunakan di daerah yang lembab atau basah)
- Pilihan terbaik untuk daya tahan dan kualitas cetak yang optimal.

Peta ini dikhususkan sebagai peta Administrasi dengan kriteria sebagai berikut

Peta ini menampilkan informasi
1. Nama & garis batas Kabupaten
2. Nama & garis batas Kecamatan
3. Nama & garis batas Kelurahan

Peta ini tidak menampilkan / memiliki
1. Skala Peta
2. Garis Derajat
3. Legenda
4. Nama jalan (Kecuali peta kota), gunung, waduk dan danau, dan keterangan-keterangan lainnya yang sifatnya non administrasi.

*Jika membutuhkan keterangan lain yang diperlukan di dalam peta, silahkan untuk menghubungi kami.

**Perhatian! Peta ini tidak dijamin bebas dari kesalahan baik berupa penamaan suatu tempat, garis batas, Nama Jalan, Lokasi / titik suatu tempat dari kondisi sebenarnya yang mungkin dapat berbeda dengan yang ditunjukan di dalam Peta.

juragan poster menjual berbagai macam poster dan wallpaper dengan harga paling murah dengan koleksi puluhan ribu gambar. Menjual secara Eceran dan Grosir.

Mengapa Membeli poster di Juragan Poster

-One Stop Solution untuk kebutuhan poster anda
-Cocok untuk kebutuhan bisnis maupun hobi
-Koleksi Gambar Paling Lengkap
-Menggunakan bahan kertas bermutu
-Gambar tajam dan warna cerah
-Semua gambar Beresolusi tinggi
-Dicetak menggunakan printer berkualitas
-Hasil Cetakan Poster Terbaik
-Mengutamakan Kualitas Poster yang bermutu demi kepuasan pelanggan
-Bisa request atau pake gambar sendiri

 

Kabupaten Indramayu terletak di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Kecamatan Indramayu Kota. Nama "Indramayu" berasal dari Nyi Endang Darma Ayu, istri Raden Arya Wiralodra, salah satu pendiri Indramayu pada tahun 1527 M. Awalnya, sebutan "Darma Ayu" berubah menjadi "Dermayu" dan "In Darmayu", dan akhirnya menjadi "Indramayu".

Menurut hipotesis tertentu, penduduk asli Indramayu berasal dari lembah pegunungan Ceremai yang membentang hingga wilayah Tasikmalaya. Jika hipotesis ini benar, maka dapat disimpulkan bahwa penduduk asli Indramayu adalah orang Sunda yang berbudaya dan berbahasa Sunda, dan telah tinggal di wilayah tersebut selama berabad-abad.

Dalam Naskah Wangsakerta disebutkan bahwa di wilayah yang sekarang menjadi Kabupaten Indramayu, terdapat Kerajaan Manukrawa pada abad ke-5. Kerajaan ini terletak di sekitar hilir sungai Cimanuk. Pada abad ke-9, wilayah Indramayu menjadi bagian dari Kerajaan Sumedang Larang. Kemudian, pada abad ke-12, Sumedang Larang menjadi wilayah vasal Kerajaan Pajajaran, dan secara otomatis, Indramayu menjadi bagian dari wilayah kekuasaan Kerajaan Galuh/Pajajaran. Awalnya, wilayah Kerajaan Sumedang Larang meliputi Sumedang (wilayah inti), Karawang, Ciasem, Pamanukan, Indramayu, Sukapura, Bandung, dan Parakanmuncang. Meskipun pada akhirnya sebagian wilayah ini melepaskan diri dari pengaruh Sumedang Larang. Dengan dikuasainya wilayah Indramayu sebelah utara seperti Kandanghaur, Lelea, dan Haurgeulis oleh Kerajaan Sumedang Larang, budaya di wilayah tersebut masih dipengaruhi oleh budaya Sunda yang kental, termasuk dalam hal bahasa yang digunakan.

Indramayu didirikan pada tahun 1527 M oleh Raden Arya Wiralodra. Nama "Indramayu" diambil dari nama istrinya, Nyai Endang Darma Ayu. Meskipun tanggal dan tahun berdirinya pedukuhan Darma Ayu tidak jelas, berdasarkan bukti sejarah, para peneliti menyimpulkan bahwa kejadian tersebut terjadi pada Jumat Kliwon, 1 Sura 1449 Masehi atau 1 Muharam 934 Hijriyah, yang bertepatan dengan tanggal 7 Oktober 1527.

Narasi tentang pedukuhan Darma Ayu adalah catatan sejarah daerah Indramayu. Namun, ada banyak catatan sejarah lain yang terkait dengan perkembangan daerah Indramayu. Misalnya, setelah bangsa Portugis menguasai Malaka pada tahun 1511, antara tahun 1513-1515, pemerintah Portugis mengirim Tom Pires ke Jawa. Dalam catatan harian Tom Pires, terdapat data yang mengindikasikan bahwa pada akhir abad ke-16 M, wilayah Indramayu saat ini atau beberapa tempat di daerah tersebut telah dihuni oleh manusia.

Kabupaten Indramayu terletak di bagian utara provinsi Jawa Barat. Secara geografis, wilayahnya terletak antara 107°51' hingga 108°36' Bujur Timur dan 6°15' hingga 6°40' Lintang Selatan. Kabupaten ini berbatasan langsung dengan Laut Jawa. Jaraknya sekitar 52 kilometer di sebelah barat laut Kota Cirebon, 144 kilometer dari Kota Bandung melalui Sumedang, dan 205 kilometer dari Jakarta ke arah timur. Dataran rendah hingga pesisir merupakan ciri khas seluruh wilayah Kabupaten Indramayu. Terdapat beberapa daerah yang memiliki perbukitan, terutama di perbatasan dengan Kabupaten Sumedang seperti Dusun Ciwado di Desa Cikawung, Kecamatan Terisi, Indramayu, serta sebagian wilayah Sanca, Kecamatan Gantar.

Secara administratif, Kabupaten Indramayu berbatasan dengan beberapa wilayah, yaitu:

Di sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa.
Di sebelah timur laut berbatasan dengan wilayah Jawa.
Di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka, dan Kabupaten Sumedang.
Di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Subang.
Wilayah Kabupaten Indramayu memiliki iklim tropis dengan dua musim yang dominan, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Musim penghujan biasanya terjadi antara bulan Desember hingga Maret, sementara musim kemarau berlangsung dari bulan Mei hingga Oktober. Curah hujan rata-rata di wilayah ini mencapai 1300–1800 milimeter per tahun, dengan jumlah hari hujan berkisar antara 90–140 hari dalam setahun. Karena berada di pesisir pantai, suhu rata-rata tahunan wilayah ini cukup tinggi, berkisar antara 23°C hingga 32°C. Tingkat kelembapan di sebagian besar wilayah Kabupaten Indramayu berkisar antara 70–85% setiap tahunnya.

Kabupaten Indramayu merupakan daerah yang terdiri dari 31 kecamatan, 8 kelurahan, dan 309 desa. Pada tahun 2017, jumlah penduduknya mencapai 1.845.205 jiwa dengan luas wilayah 2.040,11 km² dan sebaran penduduk sekitar 904 jiwa per kilometer persegi.

Pusat perekonomian Kabupaten Indramayu terletak di wilayah Kecamatan Jatibarang dan Kecamatan Haurgeulis. Keberadaan kedua kecamatan ini sangat strategis karena memiliki akses transportasi yang mudah, seperti Jalur Pantura dan Stasiun Kereta Api. Beberapa kecamatan penting di Kabupaten Indramayu antara lain Kecamatan Patrol, Kecamatan Karangampel, Kecamatan Terisi, dan Kecamatan Kertasemaya.

Kabupaten Indramayu dilalui oleh jalur utama Pantura. Jalur Pantura di Indramayu meliputi ruas Patrol-Lohbener-Jatibarang-Kertasemaya. Selain itu, terdapat juga jalur alternatif di sebelah utara Indramayu yaitu Karangampel-Krangkeng yang mengarah ke Cirebon. Sebagai alternatif lainnya, dapat melalui jalur Lohbener menuju kota Indramayu, kemudian ke Karangampel. Selain itu, Kabupaten Indramayu juga dilintasi oleh jalur kereta api. Stasiun kereta api terbesar terletak di Jatibarang dan merupakan salah satu stasiun besar di wilayah Indramayu.

Secara umum, bahasa yang digunakan oleh masyarakat Kabupaten Indramayu adalah bahasa Jawa Indramayu. Bahasa ini digunakan oleh sebagian besar penduduk Indramayu. Selain bahasa Jawa Indramayu, di wilayah selatan dan barat daya Kabupaten Indramayu juga digunakan bahasa Sunda.

Bahasa Jawa di Kabupaten Indramayu terbagi menjadi tiga dialek. Mayoritas penduduk menggunakan dialek Indramayu. Dialek Cirebon digunakan di Desa Krangkeng, Kalianyar, dan sekitarnya di Kecamatan Krangkeng yang berbatasan dengan Kabupaten Cirebon. Sedangkan dialek Tegal digunakan di wilayah barat Kabupaten Indramayu karena pada tahun 1678 terjadi migrasi orang Jawa dari daerah Tegal-Pemalang ke wilayah tersebut. Dialek Tegal dapat ditemukan di beberapa desa atau blok di Kecamatan Haurgeulis, Anjatan, Patrol, Sukra, dan Bongas.

Untuk bahasa Sunda, terdapat dua jenis yang digunakan di Kabupaten Indramayu. Pertama, bahasa Sunda Priangan atau bahasa Sunda fase baru, yang digunakan oleh masyarakat di Kecamatan Gantar dan sebagian Haurgeulis yang berbatasan dengan Kabupaten Subang, serta Kecamatan Terisi bagian selatan yang berbatasan dengan Kabupaten Majalengka dan Sumedang. Selain itu, terdapat juga Bahasa Sunda Dermayu yang merupakan bahasa Sunda kuna asli di wilayah Indramayu. Bahasa ini digunakan di Desa Ilir, Bulak, dan Parean Girang di Kecamatan Kandanghaur, serta Desa Lelea dan Tamansari di Kecamatan Lelea. Bahasa Sunda Dermayu atau Sunda kuna memiliki perbedaan dengan bahasa Sunda fase baru dalam hal dialek dan kosakata. Bahasa Sunda Parean-Lelea tidak menggunakan tingkatan berbahasa (undak-usuk) dan vokal /eu/ digantikan oleh vokal /u/, /i/, atau /ə/. Terdapat juga perbedaan kosakata yang membedakan bahasa ini dengan bahasa Sunda fase baru.

 

Indramayu, sebuah daerah yang kaya akan seni dan budaya, merupakan hasil dari perpaduan budaya Jawa Indramayu, Tionghoa, dan Sunda bagian utara. Kebudayaan ini telah tumbuh dan menjadi bentuk nyata dari akulturasi tiga kebudayaan yang berbeda.

Salah satu seni yang khas di Indramayu adalah seni Organ Tunggal, di mana musik dipentaskan di atas panggung dengan menggunakan Organ. Biasanya, Organ Tunggal ini tampil dalam hampir setiap acara, seperti perayaan tujuh belasan dan hari raya agama seperti Idul Fitri dan Idul Adha. Namun, lebih sering lagi Organ Tunggal dipentaskan pada acara-acara perayaan seperti pernikahan dan khitanan. Selain penampilan di atas panggung, musik Organ Tunggal ini juga dihadirkan dengan berkeliling kampung pada saat-saat tertentu, seperti bulan Ramadhan. Dua grup yang terkenal dalam seni Organ Tunggal ini adalah Organ Tunggal Rolani Electone dengan Aas Rolani dan Organ Tunggal Puspa Kirana dengan Dewi Kirana. Tidak jarang grup-grup ini mendapatkan undangan untuk tampil di luar Indramayu, bahkan di provinsi lain.

Seni tradisional lain yang menarik adalah seni tari topeng kelana. Kesenian ini berasal dari Yogyakarta dan telah menjadi bagian dari budaya Indramayu. Tari topeng Indramayu memiliki perbedaan dengan tari topeng asli Yogyakarta, di mana topeng dalam tari topeng Indramayu memiliki bentuk mata sipit yang khas.

Awalnya, Raden Sulandono dikirim oleh Kesultanan Mataram Islam untuk memata-matai VOC di Pelabuhan Kesultanan Dermayu, yang merupakan wilayah bawahan Mataram. Raden Sulandono melatih beberapa prajurit Dermayu dalam tarian topeng kelana Yogyakarta untuk menjadi mata-mata atau agen VOC. Namun, topeng yang digunakan berbeda, dengan Topeng Mata Besar yang berasal dari pasukan Mataram dan Topeng Mata Sipit yang berasal dari pasukan Dermayu.

Tari topeng ini memiliki beragam variasi dan mengalami perkembangan dalam gerakan dan ceritanya. Kadang-kadang, tari topeng ditarikan oleh satu penari tunggal, namun bisa juga dilakukan oleh beberapa orang sekaligus. Salah satu jenis tari topeng yang terkenal adalah tari topeng Kelana Kencana Wungu, yang menggambarkan kisah ratu Kencana Wungu yang dikejar-kejar oleh Prabu Menak Jingga yang sangat mencintainya. Setiap topeng dalam tari ini mewakili karakter yang berbeda dan menggambarkan sifat-sifat manusia. Kencana Wungu, dengan topeng berwarna biru, menggambarkan karakter yang lincah namun anggun. Menak Jingga (atau Kelana), dengan topeng berwarna merah, mewakili karakter yang berangasan, temperamental, dan tidak sabaran. Tari ini merupakan karya Nugraha Soeradiredja.

Gerakan tangan dan tubuh yang lincah, serta musik yang didominasi oleh kendang dan rebab, menjadi ciri khas dari tari topeng. Kesenian tari topeng ini masih terus dipelajari di berbagai sanggar tari dan sering dipentaskan pada acara-acara resmi di daerah Indramayu, maupun acara tradisional lainnya. Salah satu sanggar tari topeng yang terkenal di Indramayu adalah sanggar tari topeng Mimi Rasinah, yang berlokasi di Desa Pekandangan, Indramayu. Meskipun Mimi Rasinah telah mengalami lumpuh sejak tahun 2006, beliau tetap aktif menari dan mengajarkan seni tari topeng. Mimi Rasinah meninggal dunia pada bulan Agustus 2010.

Seperti masyarakat Jawa pada umumnya, seni Wayang juga menjadi bagian penting dalam budaya Indramayu. Wayang Kulit Indramayu tidak memiliki perbedaan signifikan dengan wayang kulit Jawa pada umumnya, kecuali dalam penggunaan bahasa, yaitu Bahasa Jawa Indramayu atau yang biasa dikenal sebagai bahasa dermayon yang memiliki ciri khas dalam penyampaian lakon dan humor.

Wayang kulit Indramayu merupakan varian khas dari wayang kulit Cirebon. Secara keseluruhan, wayang kulit Cirebon memiliki kesamaan dengan wayang kulit purwa, namun memiliki ciri khasnya sendiri dalam seni kriya, seperti tatahan dan sunggingan yang berbeda. Bentuk wayang kulit Cirebon agak mirip dengan wayang kulit Bali, tetapi memiliki ukuran yang lebih ramping.

Pementasan Wayang Kulit masih sering diadakan dalam acara-acara seperti perayaan hajatan atau syukuran, serta menjadi bagian tak terpisahkan dari adat tradisional seperti Mapag Sri, Ngarot, Nadran, Ruwatan, dan sebagainya. Pada acara adat tersebut, pementasan wayang kulit menjadi keharusan. Beberapa Dalang Wayang Kulit terkenal di Indramayu adalah H. Anom Rusdi dengan Grup Langen Budaya dan H. Tomo dengan Grup Langen Kusuma.

Pesta rakyat Mapag Sri merupakan kegiatan yang dianggap wajib oleh masyarakat setempat dan diadakan setiap tahun. Pada tahun 1970-an, kegiatan ini pernah tidak dilaksanakan karena hasil panen yang kurang memadai. Akibatnya, banyak masyarakat yang sakit. Sejak itu, setiap hasil panen yang diperoleh, pesta rakyat Mapag Sri tetap dilaksanakan, sekecil apapun hasilnya.

Salah satu budaya Jawa yang melekat pada masyarakat Indramayu adalah kesenian Sintren. Sintren adalah seni tradisional yang populer di Jawa Tengah dan Jawa Barat, termasuk di Indramayu. Meskipun kesenian Sintren kini semakin tergeser oleh hiburan modern, namun dahulu sering dipentaskan dalam acara-acara khusus seperti hajatan atau syukuran, maupun pentas seni tradisional.

Dengan demikian, seni dan budaya di Indramayu merupakan hasil akulturasi dari budaya Jawa Indramayu, Tionghoa, dan Sunda bagian wilayah utara. Kesenian seperti Organ Tunggal, tari topeng, Wayang Kulit, dan Sintren menjadi ekspresi nyata dari keberagaman budaya tersebut. Meskipun terjadi perubahan dalam tren hiburan modern, seni dan budaya tradisional tetap berperan penting dalam mempertahankan identitas dan warisan budaya masyarakat Indramayu.

Tarling adalah sebuah seni musik dan lagu yang awalnya disajikan dengan nyanyian (kiser) yang diiringi oleh gitar dan suling. Seiring dengan berjalannya waktu, kesenian Tarling mengalami perkembangan dan perubahan yang pesat. Saat ini, Tarling telah dilengkapi dengan alat-alat musik modern. Meskipun demikian, Tarling klasik masih sangat diminati oleh penduduk.

Salah satu jenis kesenian tradisional yang ada di masyarakat Indramayu adalah Genjring Akrobat. Genjring Akrobat merupakan pertunjukan yang melibatkan atraksi dan akrobatik dengan menggunakan media seperti tangga, sepeda beroda satu, dan lain sebagainya. Dalam penyajiannya, Genjring Akrobat diiringi oleh alat musik Genjring atau Rebana, serta dihiasi dengan tarian Rudat.

Sandiwara adalah sebuah pertunjukan teater yang mengisahkan sebuah cerita atau lakon dalam bahasa Indramayu. Sandiwara yang dipentaskan di wilayah budaya Indramayu dipengaruhi oleh budaya Eropa yang dibawa oleh bangsa Portugis pada abad ke-16, yang terlihat dari tata panggungnya yang khas. Sandiwara di Indramayu memiliki kesamaan dengan seni pertunjukan masres di wilayah Cirebon, serta memiliki kesamaan dengan seni pertunjukan ketoprak di Jawa Tengah dan ludruk di Jawa Timur. Kemiripan antara sandiwara dan seni pertunjukan masres ini berasal dari akar budaya Cirebon yang sama, meskipun terdapat perbedaan dalam penggunaan bahasa. Bahasa Jawa Indramayu atau yang biasa disebut basa dermayon lebih dominan dalam pertunjukan sandiwara Indramayu. Di Indramayu, seni drama sebagian besar mengisahkan tentang legenda dan sejarah.

Berokan adalah seni budaya asli yang berasal dari masyarakat pribumi Indramayu. Berokan mirip dengan barongsai dan biasanya diselenggarakan setiap Hari Raya Idul Fitri setelah sholat hari raya. Pada acara ini, orang yang memerankan berokan mengenakan topeng yang menyeramkan atau berbentuk lucu serta baju berupa kurungan. Berokan akan berkeliling kampung mulai dari hari pertama Idul Fitri hingga 2 atau 3 hari setelahnya. Pengiringnya terdiri dari dua kelompok, yang pertama adalah mereka yang meminta beras kepada warga, dan yang kedua adalah kelompok orang yang memainkan alat musik. Berokan ini dapat ditemui di seluruh kampung dan siapa pun yang memanggilnya dengan berteriak "galak, gloak" akan dikejar oleh sang berokan.

Kesenian Singa Depok dan Kebo Ngamuk terpengaruh oleh sisingaan dari Subang. Kesenian ini telah dimodifikasi dengan adanya unsur "Kebo Ngamuk" dan "Burok".

Batik tulis Paoman merupakan jenis batik yang memiliki ciri khas pesisir dan corak yang berbeda dengan batik dari daerah lain. Batik tulis ini merupakan perpaduan dari kepercayaan, adat istiadat, seni, dan lingkungan kehidupan di daerah pesisir, ditambah dengan pengaruh dari budaya Cina, Arab, Timur Tengah, Hindu-Jawa, dan Eropa. Pengrajin batik tulis terdapat di Kelurahan Paoman, Desa Pabean Udik, Kecamatan Indramayu dan Terusan, Sindang, Indramayu. Batik dengan lebih dari 200 motif ini memiliki kualitas yang mampu memenuhi pasar internasional, terutama para kolektor batik dari luar negeri.

Indramayu juga terkenal dengan kerajinan bordir. Kerajinan bordir ini berkembang pesat di Indramayu, terutama di Desa Sukawera, Kecamatan Kertasemaya yang terletak sekitar 6 kilometer dari Kota Jatibarang atau 22 kilometer dari Kota Indramayu. Salah satu motif yang terkenal adalah motif seruni, tapak kebo, bunga tulip, dan lunglungan. Produk kerajinan bordir ini mampu memenuhi permintaan pasar regional dan nasional. Indramayu merupakan daerah yang menarik untuk dikunjungi karena lokasinya yang strategis di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.

Hasil bumi yang paling terkenal dari Indramayu adalah padi. Meskipun bukan penghasil padi terbesar, sebagian besar masyarakat Indramayu bekerja sebagai petani dan sebagian besar wilayahnya merupakan lahan pertanian. Bahkan di pusat kota Indramayu pun terdapat persawahan. Selain padi, Indramayu juga terkenal dengan mangga. Mangga khas Indramayu disebut mangga gedong gincu oleh masyarakat setempat. Dengan hasil bumi ini, Indramayu mendapat julukan sebagai Kota Mangga. Selain itu, Indramayu juga kaya akan sumber daya migas, dan salah satu kilang minyak terbesar di Indonesia, Kilang Minyak Balongan, berada di Kecamatan Balongan.